I Love You, Seonsaeng-nim! (Chapter 2)

Title                 : I Love You, Seonsaeng-nim!
Cast                 : “Aku” , Sehun EXO, EXO member, others!
Genre             : Romance, School Life,

Rating                         : 17+

Author             : Nalaratih Mustikawati (@nalamustika, Nalaratih Mustikawati)

 

PERHATIAN !

ALUR CERITA FF INI DIAMBIL DARI KOMIK ‘I LOVE YOU, SENSEI!’ TAPI UDAH DIUBAH PADA BEBERAPA BAGIAN/ADEGAN! CAST FF INI MILIK TUHAN YANG MAHA ESA. TYPO BERTEBARAN! GAK SUKA BACA FFKU? AND PLAGIATOR?

STAY AWAY! AND DON’T BE SILENT READERS! J

 

HAPPY READING, GUYS!

 

Aku sudah sampai di rumah. Ketika aku membuka pagar, aku melihat seorang pemuda duduk di depan pintu masuk. Ia mendongkakkan wajahnya ketika mendengar bunyi pagar rumah yang terbuka.

“Kemana saja, sih? Aku lelah menunggumu disini. Dan aku kedinginan.” Ucap pemuda itu.

“Eh? Se.. Se.. Sehun-aahh?!! Kenapa kau disini, hah?” tanyaku yang baru tersadar jika pemuda itu adalah Oh Sehun.

“Ini.” Ia memberikanku sebuah foto.

“Aku dapat ini dari eommamu. Dan aku disuruh menginap disini selama eommaku dan eommamu pergi.” Lanjutnya.

“Fotoku?!”

“Seorang namja berumur 17 tahun dititipkan padaku karena orang tuanya dan orang tuaku pergi? Jangan bercanda! Aku menolak habis-habisan seperti itu!” ucapnya. Aku masih terdiam karena shock.

“Tapi aku berubah pikiran saat melihatmu hari ini. Dan sepertinya ini akan menjadi pengisi waktu yang baik.” Lanjutnya.

“Mohon bantuannya selama aku disini, (namamu)-yaa seongsaenim.” Ucapnya tepat ditelingaku. Aku yang menyadari itu langsung menjauh. ‘apa-apaan dia ini?’. Ini mustahil.

 

NEXT DAY.

 

Aku merasakan seseorang tidur disampingku. Karena itu aku membuka mataku. Dan ternyata Sehun yang tidur disebelahku! -_- Dengan refleks aku menendangnya hingga terjatuh dari ranjang.

“YAA! Sedang apa kau disini?! Kau tidak boleh masuk ke kamar seorang yeoja!! Apalagi telanjang dada!!” marahku habis-habisan.

“Appo” ringisnya.

“Kau tidak perlu menendangku.” Lanjutnya.

“Apa?! Kau ini tidak tau sopan santun ya! Aku ini lebih tua 5 tahun darimu! Seharusnya kau memanggilku noona!” teriakku.

“Arra, tapi tidak usah teriak seperti itu juga, (namamu) noona.” Jawabnya santai seraya keluar dari kamarku dengan masih bertelanjang dada.

“Kau panggil aku seongsaenim saat disekolah! Dirumah panggil aku (namamu) noona! Arraseo?!” Teriakku agar didengar olehnya.

“Arra! Aku mau mandi dulu. Apa kau mau ikut?” jawabnya dari balik pintu. Dan sempat-sempatnya juga ia bercanda. -_-

“Shireo! Mandi saja sendiri! Dan gunakan kamar mandi yang ada dikamarmu!” teriakku lagi.

“Arra, arra, arra noona. Kau ini berisik sekali rupanya. Apa kau tidak lelah berteriak pagi-pagi begini?” ternyata ia masih dibalik pintu.

“Aku begini karena mu Oh Sehun! Sudah cepat sana mandi! Aku siapkan sarapan.” Ucapku

“Ne, noona. Aku dari tadi kan memang mau mandi. Noona saja yang menghambatku.” Ujarnya santai dengan ekspresi datarnya.

“YAA! Cepat sana! Jika tidak kau tidak akan kuberi sarapan!” Ancamku.

“Ne, noona.” Ucapnya seraya menuju kamarnya selama ia menginap disini.

 

SKIP

 

“Ini sarapanmu pagi ini, Sehun-ah. Cepatlah dimakan.”

“Ne, noona.”

“Oh iya, berikan aku nomor telepon dan alamat emailmu ne.” Perintahku dengan lembut.

“Untuk apa? Noona mau kencan denganku?” ujarnya dengan makanan penuh didalam mulutnya.

“BUKAANN!! Mulai hari ini aku akan jadi walimu selama orang tuamu dan orang tuaku pergi. Ini untuk panggilan darurat!” jelasku.

“Lalu, bisa gawat kalau pihak sekolah tahu soal ini, jadi diam-diam saja yaa.” Lanjutku.

“Iya, iya.” Jawabnya.

“Bilang ‘iya’nya cukup sekali! Dan juga, aku guru dan kamu siswa. Jadi jangan ulangi yang tadi pagi, ne.” Jelasku lagi.

“Kalau soal yang tadi pagi, maaf, aku… aku lebih mudah tidur kalau ada kehangatan tubuh orang.” Jawabnya tepat didepan wajahku.

DEG! Jantungku, berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Aduuhh~ Sudah, cepatlah sarapan dan berangkatlah segera ke sekolah! Aku duluan. Annyeong, Sehun-ah!” ucapku seraya pergi.

“Ahh~ (namamu) noona menyebalkan. Dia meninggalkanku sendiri.”

 

SKIP

 

“Rasanya berat bagiku.” Batinku.

“(namamu) seongsaenim?” Panggil

“Ne, Choi seongsaenim?”

“Rapat sudah selesai, dan sudah waktunya pulang. Makan malam bersamaku?” Ajak  Choi seongsaenim.

“Mianhamnida Choi seongsaenim. Saya harus pulang cepat karena aku memelihara seekor anak kucing. Maafkan aku.” Tolakku.

“Baiklah, mungkin lain kali. Kalau begitu saya duluan. Annyeong (namamu) seongsaenim.” Pamitnya seraya keluar dari ruang guru. Setelah Choi seongsaenim keluar akupun beranjak dari mejaku dan keluar dari ruang guru. Tak kusangka jika Sehun menungguku dekat tangga.

“Noona!” panggilnya, akupun menoleh dan melihat beberapa siswi belum pulang dan meilhat Sehun memanggilku dengan sebutan ‘noona’.

“Yaakk! Sudah kubilang jangan memanggilku noona saat ada disekolah, warga sekolah akan tau, pabo!” ucapku seraya menjitak kepalanya.

“Arra! Tapi aku sudah lapar. Palli, noona.” Ujarnya yang memanggilku noona lagi, dengan segera aku mendekap mulutnya karena siswi yang kulihat tadi melihat tau bahkan menguping kami.

“Kau ini. Apa kau tidak lihat ada dua temanmu berdiri disana dan menguping pembicaraan kita, hah?” teriakku berbisik agar tak terdengan kedua siswi itu.

“Jinjjayo, noona? Aku tak melihatnya.” Tanyanya yang tercaya dengan apa yang aku ucapkan.

“Jika kau tidak percaya lihat saja kearah sana. Mereka masih memperhatikan kita bodoh!” jawabku seraya menunjuk ke ujung koridor dimana kedua siswi itu berada. Sehunpun melihat apa yang aku tunjuk. Dan betapa terkejutnya dia, kedua siswi itu ternyata penggemarnya yang notabene Sehun itu selebriti -_-

 

To Be Continued..

 

Gimana? Mau dilanjutkan atau FF lain? 🙂
Jangan lupa RCLnya nee 🙂

I Love You, Seonsaeng-nim! (Chapter 1)

Title                  : I Love You, Seonsaeng-nim!
Cast                   : “Aku” , Sehun EXO, EXO member, others!
Genre               : Romance, School Life.

Rating              : 17+

Author            : Nalaratih Mustikawati (@nalamustika, Nalaratih Mustikawati)

 

PERHATIAN !

ALUR CERITA FF INI DIAMBIL DARI KOMIK ‘I LOVE YOU, SENSEI!’ TAPI UDAH DIUBAH PADA BEBERAPA BAGIAN/ADEGAN! CAST FF INI MILIK TUHAN YANG MAHA ESA. TYPO BERTEBARAN! GAK SUKA BACA FFKU? AND PLAGIATOR?

STAY AWAY! AND DON’T BE SILENT READERS! J

 

HAPPY READING, GUYS!

 

AUTHOR POV

 

Tepat disaat remaja, seorang gadis hidup terasing. Semua itu dia lakukan demi mewujudkan impiannya menjadi seorang guru yang dapat meringankan luka batin seorang anak. Namanya adalah (namamu). Umurnya 22 tahun. Mulai hari ini ia mulai praktek mengajar selama 2 bulan di XOXO High School.

 

AKU POV

 

“Eomma, nal galgae!” Pamitku pada eomma seraya menuju pintu.

“(namamu), makan dulu sarapanmu!” Suruh eomma setengah berteriak dari ruang makan.

“Mianhae eomma, aku hampir terlambat dihari pertamaku praktek mengajar.” Jawabku seraya memakai sepatuku.

“Baiklah, semoga sukses yaa!”

“Ne, sudah dulu, eomma. Aku pergi.” Ucapku pada eomma saat selesai memakai sepatu.

“Ne, hati-hati sayang!” Aku pergi begitu saja kemudian berlari ke halte bus dekat rumahku secepat yang aku bisa agar aku tidak semakin terlambat.

Setelah sampai di halte bus, aku mengatur napasku yang tersengal-sengal karena habis berlari. Beberapa menit aku menunggu, bus yang menuju arah XOXO High School akhirnya datang. Dan sialnya aku kalah cepat karena terlalu lama mengatur napasku yang tersengal. Aku hampir saja tertinggal oleh bus itu.

 

SKIP

 

“Cukup sekian panduan di dalam sekolahnya. Ada yang mau (namamu) seongsaenim tanyakan?” tanya Lee seongsaenim setelah selesai memberitahuku mengenai XOXO School ini. Tunggu! Barusan Lee seongsaenim memanggilku ‘(namamu) seongsaenim’?? ‘Kyaa~ aku dipanggil (namamu) seongsaenim!’ batinku sangat senang.

“Ti.. ti.. tidak ada!” jawabku tergagap saking senangnya.

“Tidak perlu terlalu tegang, (namamu) seongsaenim. Santai saja.” Ucap Kwon seongsaenim yang sedari tadi menemani kami –aku dan Lee seongsaenim-.

“Setelah ini (namamu) seongsaenim mengajar bahasa inggris di kelas 2-C, Ya. Biar kuantar nanti ke kelas itu. Bisa tunggu disini sebentar?” jelas Lee seongsaenim.

“Ne, Lee seongsaenim-ssi.” Setelah aku menjawab mereka –Lee dan Kwon seongsaenim- pergi meninggalkanku sebentar. Kemudian aku menuju kearah jendela yang sedari tadi berada tak jauh dari tempat ku berdiri tadi.

“Haahh~ Mulai hari ini aku praktek mengajar , yaa?” gumamku.

“Hari ini adalah langkah pertamaku untuk mewujudkan impianku! Horree~!” teriakku ke arah jendela yang sudah kubuka.

“Aku harus semangat!” Teriakku lagi.

Dukk~ (anggap aja bunyi jendela geser yang dibuka yaa :D)

‘Eh? Ada suara? Suara apa ya kira-kira?’ gumamku. Karena penasaran aku melihat sekitar. Ternyata ada seorang siswa yang keluar melalui jendela UKS. ‘Tapi ini kan sedang jam pelajaran?’ gumamku lagi. Aku melihat siswa itu beranjak pergi.

“Tunggu!” panggilku kemudian ia berbalik, ‘Wah~ Siapa siswa ini? Tampan sekali.. Eh! Ini bukan waktunya untuk mengagumi ketampanan siswa ini! Sadarlah (namamu)!’

“Wae?” Jawabnya dengan ekspresi datar.

“Sekarang kan jam pelajaran pertama. Kenapa kamu disini? Membolos?” siswa itu hanya menunjukkan ekspresi datarnya padaku. Aku mulai geram.

“Ja..jawab aku!” perintahku sedikir takut.

“Saya tidur karena kurang enak badan.” Jawabnya yang masih dengan ekspresi datarnya. ‘Iya ya, dia kan dari UKS -_- hah~’ batinku.

“Hehee, maaf.”

Setelah itu ia beranjak pergi, tapi sesuatu aku lihat terjatuh dari saku celananya. Aku melihat bekas bungkusan yang aku tak tau.

“Kyaaa~ !!” teriakku karena panik.

Chuu~

“Jangan berteriak seperti itu. Membuatku repot saja.” ucapnya enteng setelah menciumku.

“Oh ya, mustahil bagi siswa SMA yang sehat walafiat hanya tidur di ruang yang ada ranjangnya, kan? Pasti akan membosankan, bukan?” lanjut siswa itu seraya beranjak pergi, sedangkan aku masih terdiam. Aku shock karena siswa itu mencuri ciuman pertamaku.

“Bye!” pamitnya. ‘Arrgghh~ apa-apaan dia?! Memangnya itu membuatnya repot?! Seenaknya saja mencuri ciuman pertamaku!! Aku tak akan bisa menikah! T^T’ batinku menggeram.

“(namamu) seongsaenim!” panggil Kwon seongsaenim, akupun menoleh.

“Sekarang aku antar kau kekelasmu.” Ucapnya.

“Ne.” Balasku tidak semangat. Aku masih dalam keadaan shock karena siswa itu.

 

SKIP

 

“Kelasmu disini.” Ucap Kwon seongsaenim begitu kami sampai di depan kelas 2-C.

“Ah, ne. Kamshamnida Kwon seongsaenim.”

“Kajja. Aku akan memperkenalkanmu pada siswa di kelas ini.” Ajak Kwon seongsaenim seraya masuk kekelas itu. Akupun mengikutinya memasuki kelas itu.

“Duduklah! Hari ini saya akan memperkenalkan calon guru yang akan praktek mengajar di kelas 2-C selama 2 bulan!” ucap Kwon seongsaenim tegas. Aku gugup, tapi aku harus semangat karena ini kelas pertamaku.

“Hahahaahaaa~” semua siswa tertawa saat melihatku. Hal ini membuatku semakin gugup. Aku.. aku.. aku harus semangat dan tegar! Fighting (namamu)! Batinku menyemangati diriku sendiri.

“(namamu) seongsaenim, silakan perkenalkan diri dulu.” Ucap Kwon seongsaenim aku hanya mengangguk. Setelah itu Kwon seongsaenim pergi meninggalkan kelas 2-C.

“Annyeong! (namamu) imnida! Mulai hari ini saya akan mengajarkan kalian bahasa inggris selama 2 bulan. Mohon kerjasamanya!.”

“Apa? Saya tidak dengar, (namamu) seongsaenim!” ucap salah seorang siswi. Sedangkan siswa lainnya malah tertawa.

“Harap tenang!” ucapku. Tapi mereka tak menghiraukanku. ‘bagaimana agar mereka dengar?’ batinku.

“Ibu bicara apa? Saya tidak dengar!” ucap seorang siswa lagi.

“Harap tenang!” ucapku setengah berteriak. Tapi mereka tetap saja tidak menghiraukanku. Bagaimana ini?

Braakk~ kudengar seseorang menendang sebuah meja.

“Sikeureo! Aku jadi tidak bisa tidur!” ucap seorang siswa yang duduk dipojok belakang dekat jendela.

“Mianhae Sehunnie. Kami diam deh.” Ucap seorang siswi pada barisan nomor 3 leret ke 2.

“Biar kubangunkan kalau sudah selesai, Sehunnie.” Ucap siswi lainnya dengan suara yang lembut.

“Yuk, kita belajar!” ujar siswi itu lagi.

“Eh? Itu mustahil!” ucap siswa yang duduk di depan siswa yang dipanggil Sehun itu.

“Tolong buka buku teks kalian halaman 33. Kelas 2-C akan mulai belajar dari kalimat negatif!.” Perintahku. Dan hebatnya mereka menuruti kata-kataku gara-gara siswa yang bernama Sehun itu. Dan kulihat siswa itu, ternyata dia tidak tidur. Tapi entah apa dia menyimak.

Aku mengambil denah kelas dan aku mencari tempat duduknya dan melihat nama lengkap siswa itu. Aku ingin tahu karena siswa yang dipanggil Sehun itu semua siswa di kelas 2-C jadi penurut. Aku melihat namanya. Jadi, nama lengkapnya Oh Sehun? Berarti ia bermarga ‘Oh’.

 

SKIP

 

Aku duduk dibangku yang berada di taman sekolah.

“Haaahhh~ Akhirnya selesai.. Capek~” ujarku seraya mengencangkan otot-ototku yang mengendur.

“Kurasa berakhir dengan baik. Tapi aku harus berjuang sigigih ini sejak hari pertama.” Ujarku lagi seraya bersender pada bangku yang kududuki dan meutup mataku sejenak.

Belum lama aku menutup mataku, aku merasakan seseorang berada disampingku. Karena penasaran akupun membuka mataku yang sedari tadi kututup. Dan betapa terkejutnya aku! Seorang petugas kebun sudah berada disampingku. Dengan reflek aku berdiri dan menjauh dari petugas kebun itu.

“Hoh, hoh. Kalau tidak salah, kamu calon guru yang kemari untuk praktek mengajar, kan? Kelas pertama sudah selesai?” tanyanya yang to the point.

“Yaa… begitulah.” Jawabku singkat.

“Jumlah anak nakal bertambah begitu mereka SMA. Parti berat, yaa.” Ucapnya. Terimakasih. Batinku.

“Tapi saya rasa nantinya semua akan beres.” Ucapku sambil tersenyum 5 jari. Tapi kalau dipikirkan, mereka jadi diam karena kata-katanya itu –‘Sikeureo! Aku jadi tidak bisa tidur.’. Jadi dia menolongku? Yang benar saja, karena dia kan..

“Kyaaa~” teriakku karena mengingat kejadian itu -_- petugas kebun itu kulihat cukup terkejut karena aku berteriak secara tiba-tiba tanpa alasan kemudian berlari meninggalkan petugas kebut itu.

‘Kenapa kau mengingatnya, (namamu)-yaa?!!’ aku memarahi diriku sendiri saat berlari. Padahal itu hanya luka ringan karena digigit macan (?). ‘Aarrrrgghhh!! Dasar siswa byuntae, byuntae, byuntae!!’ teriakku dalam hati. Karena tidak fokus berlari aku tidak sadar kalau aku tersandung sebuah batu yang cukup besar dan akupun terpental cukup jauh. ‘ahh~ appo’ ringisku. ‘aku ini kenapa sih?’ gumamku.

Setelah menenangkan pikiranku, aku mulai berdiri. Tapi, aku melihat sebatang rokok yang sudah hampir dihisap habis dan dibuang tepat di ujung jariku. Akupun berjalan ke arah mana asal rokok itu di balik semak-semak.

“ANAK-ANAK BERANDALAN!!” ujarku yang melihat dua orang siswa sedang merokok didepanku.

“Nuguya? Seongsaenim?” ucap seorang dari mereka dengan santai. Aku hanya melihatnya geram.

“Lihat apa kau, hah?” ucapnya seraya menunjukkan ekspresinya yang menurutku seram.

“Eh? Aniya, aku permisi.” Ucapku yang berencana untuk kabur karena melihat ekspresinya yang seram tadi. Saat aku sudah berbalik memunggungi mereka. Aku berubah pikiran, ‘aku tak boleh kabur.’ Gumamku.

“Itu.. rokok, bukan?” tanyaku pada mereka.

“Memangnya kenapa? Pergi sana, pengacau!!” teriak salah seorang siswa itu. Mendengar ucapannya nyaliku semakin mengecil.

“A.. Aku.. Aku takkan pergi.” Ujarku dengan wajah takut-takut. Tanpa pikir panjang akupun memberikan ceramah singkat pada mereka.

“Dengar. Di Korea Selatan lebih dari 100ribu orang meninggal karena rokok tiap tahun. Dan 30% dari orang yang meninggal karena kanker adalah perokok. Ada data kalau menghisap rokok akan memperpendek usia kita 5 menit 30 detik. Asap rokok mengandung 4.000 jenis unsur kimia dan dinyatakan sebagai racun di antaranya ada 200 jenis. Sementara yang menyebabkan kanker ada 40 jenis!” jelasku panjang lebar.

“Berisik! Diam kau!” ucap mereka seraya melayangkan tinju mereka kearahku. Aku sudah bersiap-siap dengan menutup mataku. Tapi aku tidak merasakan apa-apa. Oleh karena itu aku membuka mataku. Ternyata ada seorang siswa yang menahan tinjuan itu dariku. Dia adalah Oh Sehun.

“Neo.. neo nuguya?” tanya siswa yang mau meninjuku.

“Lepaskan!” lanjutnya. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sehun. Tapi usahanya sia-sia karena genggaman Sehun terlalu kuat. Aku melihat Sehun akan memukul siswa yang ingin memukulku. Tapi aku menahannya karena aku tidak menginginkan adanya perkelahian di depan mataku.

“Apa-apaan kau?!” Ucap kedua siswa itu seraya kabur meninggalkan aku dan Sehun. Ia hanya menghela napasnya.

“Go..goma..”

“Kukira seongsaenim akan kabur karena takut. Konyol.” Ucapnya yang memotong ucapanku dengan ekspresi datarnya. ‘Jadi dia melihatku dari tadi disini bersama anak-anak berandal itu?’ batinku seraya menahan air mataku agar tidak jatuh dari mataku. ‘Kenapa ia tidak menolongku lebih awal?’ batinku lagi. Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menangis tanpa bersuara. Tapi Sehun tetap mendengar suara isakkanku.

“Jangan menangis. Kau guru, kan?” ucapnya.

“Aku tidak menangis.” Bantahku.

“Hah? Jelas-jelas menangis.” Gumamnya. Tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.

“Uwwaaaa~ AKU TIDAK MENANGIS!!” teriakku yang mulai menangis sekencang-kencangnya.

“Memangnya aku terlihat menangis?!” lanjutku yang masih menangis.

“Jawablah aku, Sehun-ah!! Hiks.. hikss…” ucapku lagi, tapi kali ini aku menarik kerah bajunya. Ia menatapku. Kemudian ia tertawa.

“hahahahaa~” tawa Sehun menggelegar. Aku hanya terdiam. Aku tidak tau apa maksud Sehun tertawa seperti itu. Tapi tak lama kemudian ia menghentikan tawanya.

“Ne, seongsaenim. Terserah seongsaenim saja.” ucapnya seraya mengacak rambutku. Ia memperlakukanku seperti anak kecil. -_-

“Kyaa~ Itu kan Sehunnie.” Teriak salah satu siswi yang tiba-tiba ada tidak jauh dari kami berada sedari tadi.

“Sehunnie, kenapa kau berada disitu?” tanya siswi lainnya. Tampaknya Sehun ini siswa yang termasuk cukup populer. Ah tidak, tapi dia siswa yang sangat populer. Aku menatap para siswi itu. Mereka tampak antusias terhadap Sehun.

“Main panas-panasan?” jawab Sehun asal dengan ekspresi yang sepertinya bercanda. Tapi respon siswi-siswi itu tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.

“Kyahahaa.. Manisnya. Kami boleh ikutan tidak?” tanya mereka lagi.

“Aniya.” Jawabnya singkat.

“Waeyo Sehunnie?” tanya mereka yang tampak kecewa.

“Sekarang aku hanya ingin sendirian.” Jawab Sehun dengan ekspresi yang dibuat-buat. Dasar anak ini -_-

 

Walaupun dia mempermainkanku dan merebut ciuman pertamaku, tapi kenapa aku merasa nyaman saat berada didekatnya?

 

Setelah aku menangis dan merasa lega, semuanya berjalan lancar. Sepertinya aku bisa berhasil 2 bulan ini. Memang sangat menyenangkan jika siswa-siswi itu memanggilku seongsaenim. Senangnya~

 

SKIP

 

“Haahh~ akhirnya hari pertama selesai juga. 1 hari yang panjang.” Ujarku saat dalam perjalanan menuju halte bus. Saat menunggu bus datang, tiba-tiba ponselku berbunyi. Kurogoh tasku untuk mengambil ponselku. Tertera eomma adalah orang yang memanggil, langsung saja kutekan tombol hijau.

“Annyeong (namamu)-yaa. Apa kau sudah selesai mengajar?” tanya eomma begitu aku mengangkat teleponnya.

“Sudah, eomma. Waeyo?” jawabku.

“Neo eoddiseo? Cepatlah pulang. Jika kau tidak cepat pulang, nanti anak itu menunggu di rumah lho.” Ujar eomma. Aku tak mengerti maksudnya. Anak itu? Siapa yang sampai?

“Siapa yang sampai, eomma?”

“Sebenarnya tadi pagi eomma mau bilang, jika eomma dan teman lama eomma, Oh ahjumma  akan pergi berlibur dan eomma tak tau kapan akan pulang.” jelas eomma panjang lebar. Dan aku tidak tau siapa Oh ahjumma itu.

“Oh ahjumma?”

“Kau tidak ingat padanya? Oh ahjumma sering menggendongmu saat kau masih balita. Apa kau sudah lupa, (namamu)-yaa?” jelas eomma lagi. Oh iya! Dulu memang ada teman eomma yang sering menggendongku. Sekarang aku ingat.

“Oh, Oh ahjumma yang itu. Aku ingat, eomma. Memangnya kenapa?”

“Oh ahjumma ingin menitipkan anaknya kepadamu. Dia anak tunggal dan masih di bawah umur. Eomma dan Oh ahjumma khawatir karena anak itu manis. Kau bisa, kan?” jelas eomma.

“Kenapa mendadak begini?” ucapku yang tiba-tiba kehilangan semangat hidupku.

“Sepertinya kamu akan bosan hidup sendirian saat eomma tidak ada. Cepatlah pergi, jika tidak anak itu akan menunggumu sangat lama. Lagipula udara hari ini kan dingin. Apa kau tega membiarkannya kedinginan menunggumu didepan rumah? Tidak, kan? Sudah dulu ya. Annyeong (namamu)-yaa.” Tuutt… tuutt… tuutt… sambungannya terputus begitu saja.

Ahh~ eomma. Kenapa selalu membuat keputusan sepihak?! Eomma memang egois! Tapi jika dipikirkan, mungkin akan menyenangkan.

 

SKIP

 

Aku sudah sampai di rumah. Ketika aku membuka pintu pagar, aku melihat seorang pemuda duduk di depan pintu masuk. Ia mendongkakkan wajahnya ketika mendengar bunyi pagar rumah yang kubuka.

“Kau kemana saja? Aku lelah menunggumu disini. Dan aku kedinginan tau!” Ucap pemuda itu.

“Eh? Se.. Se.. Sehun-aahh?!! Kenapa kau disini, hah?” tanyaku yang baru tersadar jika pemuda itu adalah Oh Sehun.

 

To Be Continued..

 

Gimana? Mau dilanjutkan atau FF lain? 🙂
Jangan lupa RCLnya nee 🙂